0

Ya Allah, Izinkan Aku Meminangnya

Jumat, 15 Februari 2013


Nama itu semakin mendapat tempat dihatiku, kala takdir Allah memperpedek jarak antara aaku dengannya. Jarak yang memungkinkanku untuk lebih mengenal pribadi dan karakternya. Meski dengan caraku sendiri  dan tanpa seorangpun yang mengetahui. Apalagi statusku sebagai staf Yayaasan di pondok, ditempat dia mengajar, makin menyamarkan penyidikanku tentangnya. Selama satu bulan lebih, merah jambunya hatiku tetap menjadi rahasiaa pribadiku, karena aku masih punya satu alasan, malu.
Aku bukanlah seorang Ustadz (yang memang kebanyakan Ahkwat mendambakan mereka). Aku hanyalh seorang pemuda desa yang minim Ilmu
dan pengalaman. Sedangkan keluargaku,  jauh untuk dikatakan sebagai keluarga islami. Sahalat saja, belum menjadi agenda harian mereka. Kalau aku menjadi Staf yayasan Islaam, Allah sajalah yang menghendaki. Kemudian lantaran perhatian Ustadz yang selama ini membimbingku, Wallahu A’lam.
Disamping itu, Aku hanyalah seorang penjaga took, yang terkadang ikut paman jadi buruh bangunan. Kesimpulannya, taka da yang bisa ku banggakaan dan membuatku percaya diri untuk meminang gadis yang berstatus sepertinya, baik ilmu, nasab ataupun harta.

Indah namanya telah menyelinap masuk kedalam keeping hatiku, jauh hari sebelum ku mengenalnya.
Sebauh nama yang menggambarkan sebuah keteguhan hati, demikian presepsi yang muncul pertama kali dalam benakku, ketika menemukannya dalam sebuah majalh islam kesayanganku.
Seiring berjalnnya waktu, getar nama itu makin mengusikku, namun aku hanya bisa pasrah, selain tak punya pilihan dan keberanian.  Hanya doa di kepekatan malam yang dapat kulantunkan. Ah…, betapa memalukan diriku ini. Ikhwan kog jatuh cinta. Tapi salahkah ?

Tak ku sangka, seorang ustad menawariku untuk menikah. Awalnya aku menolak dengan dalih  aku masih terlalu muda dan belum siap. Namun ketika disebut sebuah nama, lidahku berubah kelu. Kepala ku yang tadi berulang kali memberikan gelengan tiba-tiba saja surut dan berubah jadi anggukan.  Namun begitu , satu keraguan kembali menyandungku. “mungkinkah dia bersedia denganku ?” tanyaku pelan. Dengan tersenyum bijak, beliau menepuk pundakku sembari  meyakinkan “Insya Allah.” Sejak itu hari-hariku menjadi lebih berwarna.

Tiga bulan kemudian, murabbiku mengatakan kalau si pemilik nama itu ternyata belum siap, Apalagi dia juga masih punya kakak perempuan  yang belum menikah. Nama itu tak menyurutkan harapanku. Bukankah dia Cuma belum siap! Toh aku pun sebenarnya belum siap juga ? Ah, masih ada harapan.

Ternyata aku tak sendiri

Sore itu waktu Ashar baru saja bergeser meninggalkan tapak para jama’ah yang pulang dari masjid.  Aku massih terpaku di serambi, sekedar melepass lelah setelah bekerja ssejak tadi pagi. Tanpa sadar pandanganku menangkap sesosok yang sekilas kuyakini seorang ustadz duduk di teras masjid. Tapi baru kali ini aku melihatnya, dia juga bukan penduduk pesantren. Ketika aku berjalan keluar,  dia melemparkan senyum ramahnya  dan meyapaku akrab dengan ramah dan santun. Setelah agak lama berbasa-basi, dari mana asalnya dan apa keperluannya? Ia pun  menjawab semua nya sembari bercerita tentang kisah yang melatar belakangi kedatangannya, satu cerita yang menghentak sanubariku dengan sebuah fakta, bahwa bukan hanhya aku ssaja yang penasaran akan si pemilik nama, boleh jadi nama itu telah menyita banyak perhatian. Ibarat Bungan yang semerbak harum, tertebar pesonanya. Meski aku yakin dia tak pernah menyengajanya. 

                Ah, bagaimana kalau ikhwan itu lebih cepat dariku ?? dia punya segalanya; Ilmu, gelar Ustadz, tampang dan mungkin harta?
Malamnya, mataku tidak mau diajak terpejam, padahal tubuhku terasa lelah ssetelah seharian terkuras tenaganya.  Entahlah, hatiku diliputi oleh ketakutan, was-was akan hilangnya sebuah nama yang terlanjur terpatri dihatiku. Astaghfirullah, aku sadar telah terjerumus dalam perangkap setan,  zina hati yang amat mematikan diakhir shalat malam satu tekat tiba-tiba tumbuh begitu kuat, memantapkanku akan sebuah keputusan. Aku tak ma uterus menerus terjerat dan terkungkung dalam ubangan dosa terselubung. Aku tak ingin lagi menambah dosa yang sudah banyak tertumpuk, aku tak ingin ketulusan ini ternoda. Aku harus memulai karena aku yang menginginkan! Bismillah, semoga inilah yang terbaik dan Allah ridhai.


Syaratnya Sungguh mempesona

Dengan alas an silaturrahmi, kuutarakan semua persoalan kepada ustadzku. Dengan menekan rasa malu, kuceritakan akan semua yang terjadi; mulai isu tak sedap yang beredar, fitnah yang menodai kessucian hatiku, sampai pengamatan yang kulakukan secara ssembunyi-sembunyi. Kepalang basah, kalau malu ya malu sekalian. Begitu fikirku. Kelgaan memenuhi ruang di dadaku kala sang ustadz menyanggupkan diri menjadi mediator dan memintaku untuk sabar menunggu perkembangan selanjutnya.

                Ya Allah sekali lagi aku harus menunggu! Benarkah ungkapan yang mengungkapkan bahwamenunggu adalah pekerjaan yang menjemukan. Kehadiran akan saingan membuat penantianku terassa lebih berat dan menegangkan. Ya Allah… apakah rasa ini juga di alamu hamba-hambamu selain aku?

                Saat yang kunantikan pun tiba, ketika ustadz menemuiku. Lama beliau terdian dan hanya sesekali nafasnya terdengar. Aku curiga ditengah kekhawatiran yang menggunung  akan sebuah penolakan, walau ku sadar aku layak untuk di tolak namun sedini itukah hal itu menimpaku?

“bagaimana Ustadz?” tanyaku tak sabar. Sesekali ustadz menatapku, Lalu mengalirlah tentang cerita tentang si pemilik nama; apa yang dia inginkan dan bagai mana kriteria suami yang dia dambakan. Aku tertunduk lunglai, meskipun ini bukan sebuah penolakan. Namun, mungkinkah bagiku memenuhi apa yang di pinta? sedangkan aku. Sejujurnya akupun sangat terpesona dengan permintaanya. Permintaan yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya, permintaan akan sesuatu yang dulupun pernah menjadi impianku. Aku harus sekolah lagi,  aku harus masuk pesantren terlebih dahulu. Tapi mungkinkah hal itu mampu ku wujudkan sekarang, kalau dulu saja aku tak mampu ?!
 Bismillahirrahmanirrahim….


0 Responses to "Ya Allah, Izinkan Aku Meminangnya"

Slider(Do not Edit Here!)